Rabu, 22 Maret 2017

Para Pria Harus Sabar Menghadapi yang Satu Ini


Buat para pria, saat di tempat makan jangan mudah percaya pada istri atau pacar anda ketika dia bilang udah lapar bgt. Demikian juga jangan mudah percaya bahwa dia benar-benar memahami masalah anda ketika anda bilang anda sudah lapar bgt. Karena begitu makanan disajikan, hal pertama yg akan dia lakukan adalah "sesi" dokumentasi dengan sedikit "memaksa". Hehe
Hal itu menjadi lazim di zaman gadget dan medsos. Karena bagi beberapa wanita, kepuasan awal terhadap makanan itu muncul setelah jepretan dilakukan meski ga ada urusannya dengan perut. Yang penting jepret saja dulu, soal fotonya nanti mau diapain itu urusan belakang.
Jadi untuk para pria, anda lah yang harus lebih sabar untuk menahan lapar sedikit lebih lama. Karena jika anda masih suka marah karena hal itu, berarti anda "belum siap". Mengapa saya bilang anda, bukan kita? Karena saya udah lulus tes ini. Memahami wanita itu simple kok. Haha
Tapi ingat, case itu ga berlaku untuk semua wanita ya. Bisa juga si prianya yang begitu ðŸ˜‚
Anyway, khusus untuk foto di atas, itu bukan permintaan istri saya tapi permintaan saya karena saya menyadari betapa pentingnya mendokumentasikan tempat-tempat yang kami tuju.
#ngeles #hahaha
Tapi poin saya yang sebenarnya terletak pada isi mangkuk itu. Coba perhatikan. Jika anda lapar artinya anda belum sarapan apalagi makan siang. Haha
#tulisan apa ini, cuk? ðŸ˜‚😂

Selasa, 07 Maret 2017

Untuk Murid-murid Tengku Zulkarnaen


Balik arah atau putar baliklah dengan segera jika kalian berada dalam barisan orang ini. Pasti kalian juga tahu bahwa agama tidak mengajarkan tentang kebencian apalagi dendam sampai akut. Demikian juga Islam, bukan?

Gunakanlah akal sehat untuk memahami setiap perkataan dari orang ini, yang kalian anggap guru atau pemimpin. Jangan mau menelan  semua ucapannya dengan mentah-mentah. Nanti kalian bisa muntah.

Coba renungkan. Jika seseorang itu setiap saat hanya berujar kata-kata kebencian, sambil membawa-bawa nama agama dan Tuhan, masihkah kita pantas mengikuti dan meneladaninya?

Saatnya buka mata dan lihatlah sekeliling kalian. Jangan terpaku hanya kepada orang ini. Masih banyak kewarasan lain yang lebih pantas kalian ikuti.

Lebih baik belajar sendiri dan tidak menjadi murid jika berguru kepada sumber yang salah.

Salam waras.

Rabu, 01 Maret 2017

Raja Salman dan Ahok Bersalaman, Tamparan Buat Siapa?


Siang ini, 1/3/2017, Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz al-Saud beserta rombongannya telah tiba di tanah air. Kunjungan terakhir yang dilakukan Raja Arab Saudi ke Indonesia yaitu pada tahun 1970 atau 47 yang lalu. Ini sekaligus menjadi kunjungan balasan karena sebelumnya Presiden Joko Widodo juga telah melakukan kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi pada bulan September 2015.

Tidak seperti biasanya, kali ini Presiden Jokowi menyambut langsung tamu negara ke bandara ditemani beberapa pejabat lainnya. Di antara beberapa rombongan, hadir juga Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di barisan penyambutan Raja Salman.

Raja Salman tiba sekitar pukul 12.30. Namanya juga menjemput tamu kehormatan yang datang dari jauh, sudah menjadi hal yang wajib akan ada proses salaman. Ahok pun kebagian salaman dengan Raja Arab Saudi itu.

Tidak lama setelah itu, foto Raja Salman yang sedang bersalaman dengan Ahok langsung menjadi viral di media sosial. Yang saya lihat momen salaman itu cukup santai dan bersahabat. Raja Salman juga terlihat memberikan senyuman saat menjabat tangan Ahok.

Artinya, menurut saya, Raja Salman memiliki pandangan yang berbeda dengan pihak-pihak yang selama ini memanggil nama Ahok dengan sebutan penista agama. Kasus yang menjerat Ahok bukan lagi hanya menjadi konsumsi publik tanah air tapi beberapa media internasional juga memberitakannya. Jadi sangat tidak mungkin Raja Salman tidak mengetahui kasus tersebut.

Jika Raja Salman juga beranggapan yang sama, bahwa Ahok jelas telah menista agama, maka bukan tidak mungkin Raja Salman akan menghindari segala bentuk komunikasi dengan Ahok. Karena  Raja Salman merupakan seorang Raja yang sangat dihormati dan juga berasal dari negara muslim. Sementara Ahok dituduh menista agama Islam. Apa nanti kata dunia jika Raja Salman berjabat tangan dengan penista agamanya sendiri.

Momen jabat tangan antara Ahok dan Raja Salman jelas telah menjadi tamparan keras bagi mereka yang suka berkoar-koar “tangkap dan penjarakan Ahok”. Raja Salman berjabat tangan dengan Ahok disertai senyuman manis. Mungkin saat ini Rizieq juga sedang menangis tersedu-sedu seperti habis dikhianati cintanya. Rizieq mewek tingkat tinggi, katanya bergelar habib dan imam besar FPI tapi tidak diberi akses menjemput Raja Salman. Sakit kak emma....

Ampun ya bib.. Hehehe..

Take a beer!!


Salaman...

Jumat, 24 Februari 2017

Pendukung Masa Gitu?

Ada satu kenalan saya, dibilang teman tidak juga karena tidak terlalu kenal, atau katakanlah teman di media sosial.

Dia merupakan pendukung salah satu calon gubernur yang sedang berlaga di Jakarta. Belakangan ini dia cukup aktif mengunggah status atau foto yang berbau dengan si calon tersebut. Tentunya dengan bahasa yang manis layaknya melukis kampung di pinggir kali.

Si Tuteng ini, sebutannya saja, cukup sering nge-tag saya, dan beberapa yang lain, bahkan hampir di semua statusnya yang berbau si calon itu. Awalnya saya diam saja.

Saya berpikir mungkin dia hanya iseng atau mungkin karena dia tahu pilihan saya berseberangan dengannya,jadi dengan nge-tag dia berharap saya bisa berbelok mendukung yang dia dukung (bisa saja bukan seperti itu).

Lama kelamaan karena terganggu, saya pun coba perhatikan apa saja yang dia posting sekalian komentar-komentarnya. Karena banyak juga yang berbeda pendapat dengannya (hampir semua pastinya :D).

Ternyata dia bahkan tidak aktif membalas komentar-komentar yang masuk yang hanya dari beberapa itu. Memang ada yang dibalas tapi itu pun menurut saya bukan sebuah "jawaban" bahkan terkadang lari dari topik.

Saya pun akhirnya menuliskan komentar saya pada salah satu statusnya yang menurut saya tidak jelas dan tidak beralasan karena mengada-ada.

Benar saja! Saya hanya mendapatkan angin lalu karena jawabannya hanya " si anu menang". What the ...?? Bagaimana si Tuteng bisa meyakinkan orang lain jika dia sendiri tidak punya jawaban yang pasti?

Yang mau saya bilang adalah yakin dulu dengan apa yang mau anda bilang agar bisa beradu argumen dengan mereka atau saya yang berbeda pendapat. Pastikan anda memahami barang dagangannya sebelum anda jualan.

IMHO. Itu saja.

Salaman.

Kamis, 23 Februari 2017

Jongos Fahri, Mingkemlah



Sebenarnya orang ini wakil rakyat yang mana? Jangan-jangan rakyatnya ibas..

Ini sama sekali bukan soal gagah-gagahan tong! Pemerintahnya lagi serius kerja malah dibilang lagi kampanye. Si fahri ini memang suka sekali mikir kejauhan.

Freeport sudah terlalu enak dan nyaman menikmati kekayaan tanah kita selama ini.
Sekarang saatnya untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi bagian dari bangsa.
Pemerintah sedang merebut hak kita.

Freeport sudah pake main ancaman, apa salah kalau pemerintahnya juga galak? Sebelumnya apa ada yang seberani Jokowi?
Mungkin fahri kaget kalau pemerintah sekarang punya taring yang tajam yang tidak takut sama Amerika sekalipun.

Sudahlah..jongos fahri lebih baik mingkem saja!

Biarkan kaum cerdas dan waras yang bekerja. Anda duduk manis saja di sana dan nikmati apa yang bisa dinikmati selagi masih bisa.

Salaman.

Selasa, 13 Desember 2016

Lulung Masih Sama Tapi Fahri Berbeda


Sidang perdana atas dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah selesai digelar hari ini. Mari kita sama-sama bersyukur karena proses persidangan telah berjalan dengan lancar dan aman walaupun sempat ada aksi massa yang dilakukan di luar gedung pengadilan.
Dalam sidang pertama ini tadi Ahok membacakan nota keberatan atau nota pembelaannya. Ahok menjelaskan (lagi dan lagi) bahwa ia sama sekali tidak berniat untuk menistakan agama Islam sebagaimana yang telah dituduhkan kepadanya. Ahok menjelaskan bahwa ia memiliki banyak teman yang beragama Islam dan selain itu ia juga memiliki keluarga angkat muslim yang sangat dicintainya. Bahkan Ahok juga sudah melakukan banyak hal selama menjabat sebagai gubernur Jakarta khususnya untuk umat muslim. Sebut saja membangun masjid-masjid, menghajikan penjaga masjid/musholla dan penjaga makam serta menggaji guru-guru mengaji dan masih banyak hal lainnya.
Lulung Masih Sama
Melalui media berita online Kompas siang ini, aku sungguh tidak tahan untuk tidak berkomentar menanggapi apa yang disampaikan wakil ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lulung Lunggana. Awalnya aku tidak ingin membahasnya karena aku tahu yang keluar dari mulut orang ini pasti tidak jauh-jauh dari bantargebang tapi apa daya ku’tak kuasa untuk tidak menuliskan isi hati.
Lulung menyebut Ahok hanyalah berakting atau pura-pura ketika membacakan nota pembelaannya. Sama sekali tidak mengherankan dengan pernyataannya tersebut mengingat Lulung yang selalu berkoar-koar menuntut agar Ahok ditangkap.  Jujur darahku mendidih setelah membaca pernyataannya (tapi kepala harus tetap dingin). Aku sempat mengikuti jalannya persidangan melalui salah satu televisi nasional. Aku bisa melihat dan merasakan bahwa apa yang Ahok sampaikan sama sekali bukan akting tapi murni sebuah ketulusan hati yang keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam. Hatiku bergetar dan sedih melihat perlakuan segelintir orang yang tidak adil terhadap salah satu putra terbaik bangsa Indonesia saat ini.
Salah satu pernyataan Lulung; “Ha-ha-ha, akting nangis dia. Masa bapaknya dibawa-bawa, Gus Dur dibawa-bawa, itu mah akting namanya.” Sama sekali tidak ada yang lucu di sini tapi Lulung masih bisa tertawa seolah-olah ini pertunjukan srimulat. Mungkin tingkat kewarasan orang ini perlu dipertanyakan (lagi). Hal ini merupakan perkara yang sangat serius dan hasil akhir dari persidangan tersebut akan turut menjadi pembelajaran bangsa ini kedepannya apakah keadilan sudah kalah dengan ketidakwarasan.
Lulung sangat salah besar dengan komentarnya tersebut. Menurutku Ahok sama sekali tidak bisa akting atau pura-pura. Hal itu bisa kita lihat dari pernyataannya selama ini yang selalu ceplas-ceplos dan  apa adanya. Jarang sekali bahkan tidak pernah aku melihat Ahok berucap kata-kata manis dengan kalimat yang terkesan terlalu dirangkai dan dibuat-buat seperti si mantan dengan beberapa albumnya. Ahok tidak akan segan-segan mengeluarkan kata-kata kasar kepada oknum-oknum yang suka mencuri uang rakyat atau kepada pejabat yang tidak melayani warga dengan baik.
Aku mengerti bahwa Lulung sebagai orang yang selalu berseberangan dengan Ahok memang tidak akan pernah menggunakan hati kecilnya apalagi jika berurusan dengan yang namanya Ahok. Pintu hatinya seperti telah tertutup rapat. Air mata Ahok pun mungkin dianggap hanya sebatas air mata buaya. Itulah namanya lawan yang selalu berpikiran bagaimana supaya Ahok cepat ditangkap dan dipenjara.
Hati mana yang tidak tersentuh bahkan ikut menangis saat melihat dan mendengar Ahok menyampaikan nota keberatannya atas kasus yang ditimpakan kepadanya dengan suara yang bergetar. Beberapa kali ia mengusap air matanya. Ia tak kuasa menahan tangis ketika ia diadili karena sesuatu yang tidak akan mungkin pernah dilakukannya. Ia sangat mencintai Islam walaupun ia non-muslim. Sudah banyak sekali yang Ahok lakukan tapi Lulung tidak akan pernah mau mengakui itu karena akar kebencian yang tertanam kuat dalam dirinya. Semua orang pasti bisa melihat ketulusan Ahok jika benar-benar membuka hati dan menggunakan akal sehat.
Mengenai pernyataan Lulung tersebut bisa dibaca di sini.
Fahri Berbeda
Kali ini aku harus setuju dengan Fahri Hamzah yang meyakini sikap Ahok tulus saat menyampaikan nota keberatannya. “Kalau saya jadi Ahok, saya juga nangis,” kata Fahri. Berbeda dengan Lulung maka aku cukup heran dengan pernyataan Fahri kali ini. Tak biasanya. Fahri mengatakan bahwa akting hanya dilakukan oleh orang dengan tingkat pengendalian diri yang tinggi sementara Ahok bukan seperti itu. Inilah yang sudah aku sebutkan juga tadi di atas bahwa Ahok lebih suka ceplas-ceplos dalam berbicara. Isi hatinya bisa ditumpahkan begitu saja tanpa harus diseleksi jadi sangat tidak tepat kalau ia disebut akting.
“Saya bisa mengerti orang seganas Ahok bisa menangis. Karena soal hati ini kan. Memang ada yang menggoncang sendi keyakinan dia. Pasal penistaan agama itu bukan soal hukum, tapi soal keyakinan. Beda dengan korupsi atau kasus umum”. Mungkinkah Fahri sudah membuka hatinya dan menyadari secara terbuka bahwa Ahok tidak bersalah dalam kasus ini? Tentu kita belum lupa bahwa sebulan yang lalu saat aksi 411 Fahri juga terlibat di sana yang notabene adalah tuntutan agar Ahok dijadikan tersangka. Fahri juga sebelumnya pernah mengusulkan kepada KPU agar membuat formulir standar kepada calon independen yang ingin maju pilkada sehingga formulir data KTP di seluruh Indonesia memiliki format yang sama. Usulan itu Fahri utarakan saat teman Ahok hampir berhasil mengumpulkan 1 juta KTP. Hal ini juga lah yang sempat Ahok sebut sebagai usaha untuk menjegalnya maju pilkada DKI. Baca di sini.
Tidak jelas mengapa pernyataan Fahri kali ini cukup adem untuk dibaca. Mungkinkah dia tak ingin sependapat dengan Lulung atau mungkinkah dia lelah dengan ketidakwarasan ini?
Mengenai pernyataan Fahri tersebut bisa dibaca di sini.
Tentu semua orang bebas untuk menginterpretasikan pernyataan-pernyataan Ahok dalam pembacaan nota keberatan dalam persidangan hari ini, apakah itu ketulusan seperti keyakinan Fahri atau hanya akting seperti keyakinan Lulung.
Tapi aku pribadi sangat merasakan dan meyakini kalau itu murni ketulusan. Sangat tidak setuju jika ia disebut penista agama karena sama sekali tidak ada celah jika dilihat dari apa yang Ahok lakukan selama ini. Tekanan demi tekanan semoga membuat Ahok semakin kuat dan tegar. Dan Ahok harus selalu yakin bahwa jauh lebih banyak yang cerdas dan waras yang berpihak dan mendoakannya daripada mengharapkannya masuk penjara.
Salam Ketulusan.
SEKIAN.
Bagi pembaca Seword.com yang tadi tidak sempat mengikuti, berikut ini saya kutip beberapa kalimat dari nota keberatan yang dibacakan Ahok pada persidangan tadi;
Dalam kehidupan pribadi, saya banyak berinteraksi dengan teman-teman saya yang beragama Islam, termasuk dengan keluarga angkat saya Almarhum Haji Andi Baso Amier yang merupakan keluarga muslim yang taat.
Selain belajar dari keluarga angkat saya, saya juga belajar dari guru-guru saya, yang taat beragama Islam dari kelas 1 SD Negeri, sampai dengan kelas 3 SMP Negeri. Sehingga sejak kecil sampai saat sekarang, saya tahu harus menghormati Ayat-Ayat suci Alquran.
Jadi saya tidak habis pikir, mengapa saya bisa dituduh sebagai penista Agama Islam. Ayah saya dengan ayah angkat saya, bersumpah untuk menjadi saudara sampai akhir hayatnya. Kecintaan kedua orangtua angkat saya kepada saya, sangat berbekas, pada diri saya, sampai dengan hari ini.
Bahkan uang pertama masuk kuliah S2 saya di Prasetya Mulya, dibayar oleh kakak angkat saya, Haji Analta Amir.
Saya seperti orang yang tidak tahu berterima kasih, apabila saya tidak menghargai agama dan kitab suci orang tua dan kakak angkat saya yang Islamnya sangat taat.
Saya sangat sedih, saya dituduh menista agama Islam, karena tuduhan Itu, sama saja dengan mengatakan saya menista orang tua angkat dan saudara-saudara angkat saya sendiri, yang sangat saya sayangi, dan juga sangat sayang kepada saya. Itu sebabnya ketika Ibu angkat saya meninggal, saya ikut seperti anak kandung, mengantar dan mengangkat keranda beliau, dari ambulans sampai ke pinggir liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya, di Taman Pemakaman umum Karet Bivak.”

(dicopy dari tulisan saya di Seword.com)

Senin, 12 Desember 2016

Perkara Kecil Yang Mengajarkan Banyak Hal-Terimakasih Pak Aher


Yang terhormat Bapak Aher,
Terimakasih sudah mengingatkan kami bahwa pembubaran paksa acara ibadah KKR di Sabuga Bandung hanyalah perkara kecil. Tidak apa-apa. Mungkin bapak menganggap ibadah mereka itu hanya main-main. Atau mungkinkah karena ketidakpedulian sehingga membuat mulut bapak begitu mudahnya berucap seperti itu? Tolong bantu kami memahaminya, pak.
Kalau saja bapak ada di depanku sekarang, aku pasti akan menanyakan hal itu. Sebenarnya bapak melihat masalah ini dari perspektif yang mana. Tapi walaupun kejadian itu hanya perkara yang kecil, aku tetap menganggapnya sebagai sesuatu yang serius karena artinya kebebasan dan ketenangan dalam beragama masih jauh dari harapan. Hal itu disebabkan oleh masih adanya segelintir orang atau ormas (atau apalah sebutannya) yang suka meresahkan masyarakat. Bukankah kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air seharusnya saling menjaga satu sama lain? Bukan saling mengganggu. Dan itu juga merupakan pesan dari tokoh-tokoh pendahulu bangsa ini.
Jujur kami pasti marah dan kecewa atas kejadian itu. Teganya mereka berbuat semena-mena terhadap saudara-saudara kita di sana. Mereka sedang beribadah kan pak, bukan tawuran sehingga perlu dibubarkan secara paksa. Pembubaran itu seharusnya tidak terjadi. Ibadahnya pun ibadah Natal yang hanya dilakukan pada bulan Desember saja. Gedung itu juga sudah pernah dipakai sebagai tempat ibadah pada tahun-tahun sebelumnya dan mengapa tahun ini baru dipermasalahkan? Apa yang mereka lakukan itu jahat, pak.
Kami memang sudah biasa dicaci-maki pak, disebut kafir, diperlakukan tidak adil, dipaksa bubar saat ibadah bahkan dibom juga pernah belum lama ini. Atau mungkin bapak menganggapnya sebagai perkara kecil karena dibom saja sudah pernah jadi kalau dibubarin maka hanyalah perkara kecil. Ada benarnya juga ya pak.
Tapi kami juga tidak biasa marah lama-lama pak. Sebentar saja cukup. Kami akan tetap bersyukur dan bersukacita karena bagi kami cukup untuk mendoakan para pelaku agar mereka lebih dewasa lagi dalam memahami arti persaudaraan.
Kejadian itu sama sekali tidak akan membuat kami jatuh, sebaliknya malah menguatkan satu sama lain.
Dan kami juga tidak perlu lah mengajak jemaat seIndonesia untuk berkumpul di Monas untuk beribadah sebagai aksi 2512. Hehe
Bapak Aher yang terhormat, sekali lagi kami mengucapkan terimakasih atas pernyataan bapak tersebut. Karena melalui perkara kecil itu kami jadi lebih mengerti apa artinya ditolak sehingga kami tidak akan menghalangi.
Karena perkara kecil itu kami jadi lebih mengerti apa artinya ketidakadilan sehingga kami akan berlaku lebih adil lagi kepada semua orang.
Karena perkara kecil itu kami semakin mengerti apa artinya disakiti sehingga kami akan lebih mengasihi.
Karena perkara kecil itu kami semakin mengerti arti dari keresahan sehingga kami akan menyebarkan ketenangan.
Yang terakhir, pesan kami untuk bapak tolonglah diperiksa semua ormas yang ada di Jawa Barat, apakah tujuan mereka jelas atau tidak. Berdampak positif bagi masyarakat atau tidak. Kalau kerjaan mereka hanya meresahkan masyarakat, tolong dibubarkan saja ya pak. Itu pun kalau bapak berani (sebenarnya aku tidak yakin). Atau bapak bisa minta tolong Aa Gym untuk mengajari mereka mengenai akhlak. Hehe
Salam damai pak.
SEKIAN.

(dicopy dari artikel saya di Seword.com)