Selasa, 29 November 2016

Seandainya Aku Ber-KTP DKI




Tepat pukul 07.00 pagi kereta api ekonomi jurusan Rangkasbitung-Angke berangkat dari stasiun Parung Panjang. Seperti biasa aku dan istri tercinta memilih gerbong paling belakang karena selain penumpangnya yang tidak terlalu rame, lagu dangdutnya pun jarang terdengar.

Untuk berangkat ke kantor kami memang selalu memilih kereta api karena lebih cepat dan murah. Yang jelas aku bukan mau promosi kereta api ya. Hehe

Aku yakin Ahok tidak hanya terkenal di gerbong ini saja tapi hampir seluruh daerah di Indonesia mungkin sudah mengenal dan membicarakannya. Sosoknya yang “berani berbeda” dengan kebanyakan pejabat membuat namanya sering menjadi santapan topik yang menarik oleh berbagai kalangan.

Pagi itu aku lebih banyak diam karena istriku lagi senang main game barunya jadi aku biarkan dia menikmatinya. Tapi yang lebih menarik perhatianku adalah obrolan antara penumpang. Aku sama sekali tidak mengenal mereka tapi beberapa dari mereka aku tahu selalu di gerbong yang sama setiap pagi. Sepanjang perjalanan mereka tidak berhenti membahas tentang pilkada DKI khususnya calon petahana, Ahok. Obrolan mereka tidaklah selalu serius karena tidak jarang mereka juga bercanda satu sama lain. Bahkan aku bisa bilang mereka hanyalah membahas kulit luarnya saja, tidak ada obrolan yang berat sampai menimbulkan perdebatan. Aku terus menyimak pembicaraan mereka yang sebagian besar aku yakin bukanlah ber-KTP DKI.

“Betapa fenomenalnya Ahok sekarang ya”, aku dan istri sepakat. Sosoknya menjadi pembicaraan dimana-mana. Seakan kalimat-kalimat tidak pernah habis membahas pribadinya atau apa yang telah dilakukannya.

Yang lebih menarik lagi pagi itu, ada satu orang yang mencoba membuat survey kecil-kecilan seandainya mereka adalah warga Jakarta, siapa yang akan mereka pilih saat pilkada nanti. Bapak ini kemudian membuat pertanyaan yang ditanyakan secara langsung kepada penumpang lainnya. Aku kemudian menjadi penasaran atas jawaban mereka. “Kepada bapak A (hanya nama samaran), seandainya bapak ber-KTP DKI siapa calon gubernur yang akan anda pilih?” yang melakukan survey mulai bertanya. “Saya pilih Ahok!” jawab yang lain lantang. Pertanyaaan yang sama masih ditanyakan kepada beberapa orang lagi. Ada yang memilih Agus. Nama Anies sama sekali tidak terdengar. Tapi ada juga yang memilih Djarot karena tidak mau memilih Ahok ataupun calon lainnya tanpa alasan yang jelas. Sontak hal itu pun menimbulkan gelak tawa di gerbong itu, tak ketinggalan aku ikut senyam-senyum. Dari survey yang dilakukan di gerbong kereta pagi itu, calon gubernur yang paling banyak dipilih adalah Ahok.

Aku masih penasaran dengan kelanjutan obrolan mereka tapi harus berakhir karena kereta tiba di stasiun Kebayoran tepat pukul 07.45. Pekerjaan sudah menunggu.

Di sini aku sama sekali bukan sedang kampanye atau promosi kereta api tapi hanya mengutarakan pengalaman dari yang aku lihat dan dengar sendiri. Tidak bisa dipungkiri Ahok memang sudah fenomenal di negeri ini karena namanya terdengar di mana-mana. Terlepas yang dilakukannya salah atau benar menurut orang-orang, yang jelas Ahok sudah terkenal. Yang terakhir, aku ber-KTP Bogor lho. Ehh


SEKIAN.

(dicopy dari artikel saya di Seword.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar sesuai dengan isi tulisan. Ngawur sedikit tidak masalah.