Senin, 12 Desember 2016

Drama Penjegalan Terhadap Ahok Masih Berlanjut


Sepertinya drama penjegalan terhadap Ahok ini masih jauh dari kata berakhir. Kenapa aku sebut drama karena semua memang terkesan seperti setting-an belaka. Dan layaknya sebuah pementasan, drama itu sudah pasti dilengkapi dengan semua elemen-elemen pendukung yang dibutuhkan. Sebut saja penulis skenario, sutradara, pembantu sutradara, aktor, seksi konsumsi, produser (yang mengeluarkan dana), dan yang lainnya.
Tapi dalam drama penjegalan ini aku tidak ingin berandai-andai tentang siapa saja yang terlibat di dalamnya. Yang jelas bila kita ikuti alur ceritanya memang bak drama yang jelas bertujuan untuk menghentikan langkah Ahok di pilgub DKI 2017 atau ,jika tidak bisa dihentikan, setidaknya untuk melunturkan kepercayaan masyarakat (dalam hal ini mungkin pemilih-pemilih yang bersumbu pendek saja) dan mencoba untuk menguras energi Ahok. Di sini maksudnya dengan banyaknya tuntutan maka Ahok mau tidak mau harus mengikuti proses hukum yang berjalan.
Dugaan korupsi yang dituduhkan kepada Ahok melalui kasus Sumber Waras nyatanya tidak berhasil. Kasus ini memang populer jauh sebelum masa penetapan calon gubernur dimulai. Tapi itu sudah merupakan bagian dari permulaan. Ahok adalah pejabat yang benar-benar terbuka untuk urusan isi rekeningnya. Mottonya yang dikenal dengan BTP atau bersih, transparan dan peduli bukan hanya sekedar tertulis tapi benar-benar dilakukannya. Transparansi yang dilakukan Ahok adalah bentuk perlawanan dan teguran secara tidak langsung kepada pejabat-pejabat yang masih suka bermain dengan uang rakyat. Dalam hal ini Ahok berhasil menjadi role model walau belum banyak yang menirunya.
Kemudian si penulis skenario kembali menemukan ide setelah terinspirasi dari ucapan Ahok di Kepulauan Seribu. Berawal dari postingan Buni Yani yang menghilangkan kata “pakai”, maka berkembang lah hal tersebut menjadi penistaan agama. Ahok dituduh telah menistakan agama Islam. Kasus Al Maidah 51 ini benar-benar mereka manfaatkan sebagai pintu gerbang untuk melanjutkan drama yang sempat terhenti. Tuntutan demi tuntutan pun mereka lancarkan. Episode aksi damai 411 dan aksi damai 212 juga tercipta karena kasus itu. Kedua momentum besar yang telah mampu mengumpulkan umat Muslim dari berbagai penjuru untuk berkumpul di Jakarta. Bahkan ada juga di beberapa daerah lain di luar Jakarta yang melakukan hal yang sama yaitu menuntut agar Ahok dijadikan tersangka (411) kemudian tuntutan agar Ahok ditangkap karena telah menjadi tersangka (212). Teman-teman penulis Seword.com sudah sangat banyak menuliskan pemikirannya mengenai aksi-aksi itu. Silahkan dibaca jika belum.
Penjegalan yang terbaru adalah gugatan kepada Ahok yang dituntut untuk membayar miliaran rupiah karena menurut pelapor pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu telah menyebabkan kerugian secara materil dan immaterial. Hitung-hitungan mengenai angka miliaran rupiah munculnya dari mana, hanya mereka yang tahu. Dana sebesar itu akan mereka gunakan untuk membangun masjid dan sebagai anggaran untuk perjuangan kedepannya. Mereka ini sepertinya kepedean. Yakin sekali akan memenangkan gugatan itu. Tujuannya juga memang terkesan sangat mulia. Tapi apa iya hanya sebatas itu? Aku tidak yakin. Berikan sajalah kesempatan kepada Ahok untuk memimpin dan yakinlah pasti akan ada masjid-masjid lain yang akan dibangunnya, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Niat membangun tempat suci tidak perlu dengan uang kotor seperti itu. (untuk urusan hukum gugat menggugat biar teman-teman penulis lain yang akan membahasnya karena aku tidak paham hukum)
Kembali lagi bahwa tuntutan itu merupakan bagian dari skenario yang mereka ciptakan untuk menghentikan langkah Ahok. Ini bukan lagi urusan agama tapi murni politik kotor yang sengaja mengangkat setiap permasalahan dengar mengatasnamakan agama. Mereka berusaha untuk memanfaatkan kesempatan ini karena masih banyak kaum sumbu pendek yang mudah sekali diarahkan, yang asal ikut-ikutan saja tanpa mengerti sebenarnya mereka melakukan apa. Aku sangat yakin kalau teman-teman pembaca Seword.com semua adalah orang-orang yang cerdas dan mampu berpikir positif dalam memahami persoalan yang terjadi. Jadi ini merupakan tugas kita bersama untuk saling mengingatkan satu sama lain, dengan cara kita masing-masing, agar selalu memberikan pemahaman yang baik kepada mereka yang mudah sekali tersulut. Perbedaan pendapat itu tidak salah tapi pendapat juga tidak selalu benar. Marilah kita mengedepankan komunikasi yang baik untuk terciptanya kerukunan bersama, sebangsa dan setanah air Indonesia.
Bagaimana kelanjutan drama penjegalan terhadap Ahok ini kedepannya masih dalam tanda tanya besar. Tapi satu hal yang harus selalu kita yakini bahwa kebenaran akan selalu menang. Kemunafikan dan kebobrokan akan mati dengan sendirinya. Seperti kata mamak-mamak di kampungku, “anak mudanya pasti selalu menang” (korban sinetron dan film India).
Ya begitulah.
Salam damai.
SEKIAN.
(dicopy dari artikel saya di Seword.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon komentar sesuai dengan isi tulisan. Ngawur sedikit tidak masalah.